Sejak COVID-19 Berkecamuk di Indonesia, 369 Petugas Medis Telah Wafat

Sejumlah pelayat melakukan shalat jenazah di samping mobil ambulans yang berisi peti jenazah almarhum dokter Jhon Andi Zainal yang meninggal akibat COVID-19, di halaman RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (24/9/2020). ANTARA FOTO/FB Anggoro/aww

BANDUNGSATU.COM – Tim Mitigasi PB Ikatan Dokter Indonesia mencatat jumlah kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan di Indonesia akibat COVID-19 terus mengalami peningkatan, seiring dengan meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di Indonesia.

“Ini merupakan salah satu dampak dari peningkatan jumlah penderita COVID-19, baik yang dirawat maupun yang OTG (Orang Tanpa Gejala),” ujar Ketua Tim Mitigasi PB IDI dr. Adib Khumaidi SpOT melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, seperti dilansir bandungsatu.com dari Antara.

Berdasarkan data yang dihimpun Tim Mitigasi PB IDI, dari Maret hingga pertengahan Desember 2020, terdapat total 369 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi virus corona yang terdiri dari 202 dokter dan 15 dokter gigi, dan 142 perawat. Sebelumnya pada awal Desember sebannyak 342 tenaga medis yang meninggal dunia.

Para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 107 dokter umum (4 guru besar), dan 92 dokter spesialis (7 guru besar), serta 2 residen, dan 1 dalam verifikasi yang keseluruhannya berasal dari 24 IDI Wilayah (provinsi) dan 92 IDI Cabang (Kota/Kabupaten).

Jawa Timur menjadi provinsi dengan angka kematian tenaga kesehatan tertinggi yaitu 41 dokter, 2 dokter gigi, dan 40 perawat. Sementara DKI Jakarta tercatat ada 32 dokter, 5 dokter gigi dan 21 perawat yang wafat akibat COVID-19.

PB IDI menilai Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) yang baru saja selesai juga menjadi potensi fluktuasi naiknya angka penularan virus corona.

“Kami mengimbau masyarakat dan kepala daerah serta pendukungnya untuk menghindari proses aktivitas yang melibatkan berkerumunnya massa. Dan bagi setiap orang untuk memeriksakan kesehatannya apabila terdapat gejala, dan melakukan testing meskipun juga tanpa gejala,” kata Adib.

Tim Mitigasi IDI berharap para pemimpin daerah yang terpilih untuk memprioritaskan penanganan pandemi COVID-19 dengan meningkatkan upaya preventif dan kemampuan layanan fasilitas kesehatan seraya melindungi para tenaga medis dan kesehatan.

Selain itu, meskipun vaksin sudah tersedia, Tim Mitigasi IDI juga mengajak masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan semaksimal mungkin untuk tetap terlindungi. Hal itu disebabkan karena situasi penularan virus corona di Indonesia saat ini dianggap sudah tidak terkendali. (*)

Editor : Rizki Nurhakim

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.