Masjid Nusantara Salurkan Bantuan Iqra dan Mukena Anak Nelayan Buttue

DCIM100GOPROGOPR2702.JPG

PANGKAJENE, BANDUNGSATU —
Yayasan Masjid Nusantara (YMN), lembaga filantropi yang bergerak pada kemakmuran masjid di pelosok Indonesia memberikan bantuan peralatan salat dan Al-Qur’an bagi warga kampung nelayan Buttue, Desa Kanaungan, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan, Senin (15/3/2021).

Dipilihnya anak-anak kampung nelayan Buttue karena mereka kesulitan mendapat sarana prasarana ibadah namun semangat mereka untuk mengaji cukup tinggi. Padahal, tidak ada bangunan masjid disana, mereka hanya belajar mengaji di ruangan sekolah SD.

Atas dasar itu, tim ‘Jelajah Masjid Nusantara’ diwakili aktor Adhin Abdul Hakim memberikan bantuan puluhan mukena, Al-Qur’an serta Iqra kepada anak-anak nelayan agar mereka semakin bersemangat belajar Al-Qur’an.

“Harapannya semoga anak-anak nelayan ini semakin bersemangat beribadah, kami yakin bantuan peralatan salat dan Iqra ini akan mereka bermanfaat besar pada peradaban Islam disini,”ujar Adhin.

Kampung nelayan Buttue dihuni 43 kepala keluarga suku bugis makassar dan telah menetap di bantaran sungai Kanaungan puluhan tahun lamanya. Letaknya berada di hulu sungai berbatasan langsung dengan teluk Makassar, terpencil dan berada diatas perairan payau.

Selain menjual ikan laut hasil tangkapan, mata pencaharian lain didapat dari budidaya rumput laut dan menangkap kepiting. Penghasilan yang tidak menentu membuat mereka sulit membangun masjid secara swadaya

“Ada sekitar 200-an jiwa tinggal disini, kalau mau sholat berjamaah harus naik perahu dulu 30 menit ke masjid terdekat,”ucap Saripudding, tokoh warga kampung nelayan Buttue.

Menurutnya, akses menuju kampungnya bisa ditempuh dengan perahu menyusuri aliran sungai, dermaga ada di sekitar jalan poros Palopo-Makassar. Menaiki perahu bermesin perjalanan bisa menghabiskan waktu 1 jam, namun jika berjalan kaki warga memutar hingga 3 jam.

Selama ini, warga muslim Buttue memanfaatkan ruangan SD sebagai tempat salat berjamaah saat magrib dan isya. Pengajian mingguan rutin dan tempat anak nelayan mengaji juga terpaksa disitu karena masjid terlalu jauh.

“Tidak bisa naik mobil atau motor, enggak ada jalan. Paling pakai perahu saja 1 jam, kampung kami ini dikelilingi air,”katanya.

Pemukiman warga kampung nelayan Buttue berdiri diatas perairan payau, tidak ada daratan selain pematang tambak bandeng. Bangunan rumah berupa panggung rangka kayu, sementara bagian dinding dan atap dipilih material seng.

Bukan hanya kebutuhan rumah ibadah, fasilitas pendidikan setingkat SMP dan SMA jauh dari pemukiman, begitu juga soal fasilitas kesehatan. Air bersih untuk kebutuhan rumah tangga mengandalkan air hujan, warga juga hidup tanpa menikmati energi listrik.

“Pendapatan kami dari tangkap ikan, rumput laut atau kepiting tidak menentu, hanya cukup untuk makan. Tetapi kegiatan ibadah salat 5 waktu dan belajar ngaji anak-anak rutin dilakukan,”kata Syaripudding.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.