Direnovasi, Jembatan Bersejarah yang Dibangun Belanda Tahun 1901 Jadi Ikon Baru Gununghalu

Jembatan Montaya aset PTPN VIII yang dibangun Belanda tahun 1901 di Kecamatan Gununghalu, KBB, yang telah rampung direnovasi dengan menggunakan dana CSR dari Dompet Dhuafa, Jumat (30/7/2021). Foto/BANDUNGSATU.COM

BANDUNGSATU.COM – Keberadaan PTPN VIII Montaya yang sebagian wilayahnya berada di Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat (KBB), menjadi salah satu sentra perkenunan teh yang dibangun Belanda di Indonesia.

Perkebunan Montaya berdiri tahun 1908 dengan nama pertama kali NV Cultuur My (Belanda). Di kawasan tersebut, sebelumnya pada tahun 1901 telah terbangun jembatan di lokasi yang kini masuk wilayah teritorial Kampung Pasangrahan, Desa Sirnajaya, Kecamatan Gununghalu.

Jembatan tersebut menjadi penunjang aksesibilitas perkebunan dan akhirnya dikenal dengan sebutan jembatan Montaya. Awalnya jembatan itu dibuat dengan bantalan dari kayu dan sempat beberapa kali direnovasi. Terbaru, jembatan yang membelah Sungai Cidadap itu kembali direnovasi dengan program CSR sehingga menjadi lebih kokoh dan kuat.

“Fungsi jembatan saat ini untuk akses masyarakat umum dan bukan hanya untuk mobilitas kegiatan perkebunan,” kata Manajer PTPN VIII Montaya, Budi Mulyana usai peresmian renovasi jembatan, Jumat (30/7/2021).

Menurutnya, jembatan Montaya menjadi peninggalan Belanda yang penuh hostoris. Dulu diawal pembangunannya tahun 1901, bisa jadi jembatan ini hanya untuk akses perkebunan yang masih jauh dari hingar bingar kehidupan masyarakat. Seiring waktu perkebunan kini sudah berada di tengah-tengah masyarakat sehingga aktivitas menjadi lebih ramai.

“Bertahun-tahun warga yang sehari-hari beraktivitas melintas jembatan ini, memimpikan jembatan menjadi lebih bagus dan kokoh, dan sekarang terwujud,” ujarnya.

Direktur CSR Dompet Dhuafa Herdiansyah menyebutkan, Jembatan Montaya yang dibangun 1901 memiliki panjang 17 m dan lebar 5 m. Awalnya kekuatannya hanya 20 ton setelah direnovasi menjadi 31 ton. Jembatan ini juga mengusung konsep jembatan eco green karena papan penopangnya didatangkan dari Lamongan dari hasil recycle sampah dan barang-barang yang tidak terpakai.

“Papan yang kita pakai bukan hasil menebang di hutan tapi dari hasil recycle sampah. Produknya sangat kuat tidak berkarat, ringan, anti kropos kendati kena air,” kata dia.

Sementara Camat Gununghalu Hari Mustika menerangkan, renovasi jembatan yang menjadi penghubung akses ke tiga desa dan akses antar kabupaten itu memakan waktu dua bulan. Selama proses renovasi jembatan ditutup, namun dibuatkan jembatan sementara untuk kendaraan roda dua agar tetap bisa melintas tidak jauh dari Jembatan Montaya.

“Renovasi ini terealisasi berkat dukungan semua pihak, koramil, polsek, dan warga. Secara gotong royong warga ikut membantu renovasi, sehingga setelah rampung semoga bisa meningkatkan aksesibilitas dan perekonomian mereka,” tuturnya. (*)

Editor : Rizki Nurhakim

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.