Kopi Gununghalu, Mutiara Terpendam dari Selatan KBB yang Sudah Mendunia

Produk Kopi Gununghalu yang sudah mendunia namun belum teroptimalkan akibat pemasaran dan packaging yang masih terlalu sederhana. Foto/BANDUNGSATU.COM

BANDUNGSATU.COM – Kalau mendengar kata Gununghalu, ingatan kita akan tertuju pada kopi. Ya, kopi Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat (KBB), memang sudah mendunia.

Kalau kalian berjalan-jalan, nongkrong di café yang ada di Kota Bandung, dan sejumlah kota di Jabar dan Jakarta, Kopi Gununghalu pasti menjadi salah satu yang ditawarkan dan tidak akan sulit ditemui.

Kontras dengan keterkenalannya, bila kalian mencari Kopi Gununghalu di tempatnya, jangan harap bisa menemukan dengan sangat mudah. Hal itu dibenarkan Camat Gununghalu, Hari Mustika, Jumat (29/07).

“Saya aja pertama datang, nyari kopi yang siap seduh, sulitnya minta ampun,” kata Hari di hadapan sejumlah awak media.

“Itulah sebabnya kami sedang mencari jalan agar para pengunjung yang datang ke Gununghalu, kelak bisa mencicipi langsung di sumbernya,” tambah Hari.

Dia mengakui di Gununghalu memang baru menjadi sentra produksi, dan belum memungkinkan ada semacam café atau etalase khusus untuk Kopi Gununghalu.

Lebih lanjut dikatakannya, sebetulnya di awal pemerintahan Aa Umbara-Hengki Kurniawan, sudah dibuat perencanaan memindahkan daerah wisata dari Utara ke Selatan. Sayangnya Bupati Aa Umbara Sutisna keburu tersandung kasus hukum, dan sampai saat ini belum diketahui realisasi rencana tersebut.

Terlepas dari sulitnya mencari Kopi Gununghalu di tempatnya, kopi ini sudah mendunia dengan menyabet penghargaan AVPA Gourmet Product di pameran SIAL Paris, Perancis, tahun 2018 lalu.

Sementara itu Kepala Desa Gununghalu Isep mengatakan, saat ini di wilayahnya ada sekitar 500 ha kebun kopi, dengan 200 ha di antaranya produktif berproduksi. Hasil perkebunan tersebut, ada yang dijual saat kopi masih basah, ada juga yang sudah berupa kopi bubuk siap seduh maupun biji kopi kering.

Isep menambahkan, sebtulnya pernah ada pengusaha yang mendirikan café berikut oleh-oleh biji kopi atau kopi giling siap seduh. Hanya saja, café hanya bertahan beberapa bulan, karena Gununghalu belum memilik destinasi wisata yang menjadi asset kunjungan.

Gununghalu saat ini baru menjadi lintasan untuk para pelaku touring wisata menuju Rongga (Curug Malela) dan Ciwidey. Meski potensi wisata di Gununghalu cukup mumpuni, namun perlu penunjang lain yang harus dibangun terlebih dahulu. (*)

Editor : Rizki Nurhakim

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.