Pandemi Covid-19, Minyak Kayu Putih Pulau Buru Laris Manis

PULAU BURU, BANDUNGSATU.COM —
Minyak kayu putih menjadi komoditas utama ekonomi sebagian besar masyarakat pulau Buru, salah satu daerah penghasilnya di wilayah timur seperti di Kecamatan Namlea.
Banyak terdapat petani kayu putih yang konsisten mempertahankan pengolahan penyulingan dengan cara tradisional. Dengan cara ini dihasilkan kualitas terbaik minyak kayu putih dari produk keluaran pabrik.
Halekao (67) salah satu petani tradisional kayu putih di Dusun Sehe, Kampung Pohon Durian, Desa Namlea, Kecamatan Namlea, Kabupaten Buru mengatakan, ia sudah puluhan tahun tetap mempertahankan cara penyulingan daun kayu putih secara tradisional.
“Kami tetap pertahankan cara penyulingan secara tradisional menggunakan ketel kayu, hasilnya murni. Kalau yang sudah kemasan itu sudah tidak murni,”katanya, Selasa (2/3/2021).
Awalnya, daun kayu putih dipetik dan dikumpulkan dalam karung-karung besar, sesampainya di tempat penyulingan daun dan dimasukan pada wajan kukus besar.
Satu wajan itu bisa memuat 6 karung daun kayu putih, wajan kemudian ditutup rapat sehingga uap mengalir pada satu lubang pipa pada tutup wajan.
“Pengukusan didalam wajan besar dilapisi kayu, kemudian baru kita nyalakan api besar hingga menghasilkan uap daun kayu putih,”ucapnya.
Penyulingan berlangsung, uap kukusan daun masuk ke pipa yang terendam air dingin pada wajan berukuran sama dengan wajan kukus. Minyak kayu putih murni menetes keluar dari lubang pipa kayu setelah beberapa jam pengukusan.
“Baru kita mulai dapat minyak murni setelah 2 jam dimasak, tetesan minyak dari lubang pipa kita tampung dalam jerigen,”terang dia.
Pengukusan bisa berlangsung selama 6-8 jam, jika tetesan minyak sudah tidak keluar maka api dipadamkan. Sekali masak setidaknya didapat 600-700 mili liter minyak murni.
“Kurang lebih jika 400 kilogram daun kayu putih menghasilkan 4 kilogram minyak kayu putih, itu murni. Tetapi bisa juga kurang tergantung pada kualitas daun,”sebutnya.
Dalam masa pandemi Coronavirus Disease (Covid-19), penjualan minyak kayu putih pulau Buru meningkat tajam. Hal itu dikarenakan ada asumsi bahwa penggunaan minyak kayu putih dapat menjaga kekebalan tubuh.
“Kami kewalahan saat pandemi ini, bisa kami jual Rp 200 ribu per satu botol kaca. Biasanya Rp150 ribu,”tandasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.