Banjir Bandang di Nyalindung, Bandung Barat, Imbas Meluapnya Sungai Cimeta

Warga membersihkan rumah dari lumpur imbas banjir bandang di Nyalindung Rabu (27/03). Foto/BANDUNGSATU.COM
Warga membersihkan rumah dari lumpur imbas banjir bandang di Nyalindung Rabu (27/03). Foto/BANDUNGSATU.COM

BANDUNG BARAT, BANDUNGSATU.COM – 15 rumah rusak parah, 1 jembatan terputus dan 2 jembatan lainnya rusak, imbas banjir bandang yang menerjang Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), pada Rabu dini hari (27/03).

Banjir bandang terjadi imbas Sungai Cimeta tak mampu menampung tinginya debit air, sehingga derasnya luapan air itu meluluh lantakan apa saja yang dilaluinya. Banjir bandnag tersebut juga membawa lumpur, serta merendam pemukiman warga dengan ketinggian antara 40-70 centimeter.

Wilayah pemukiman yang terdampak banjir bandan tersebut tersebar di RW 13, RW 03 dan RW 14.

“Kejadian sekitar pukul 02:00 WIB dini hari, saya posisinya sedang tidur, tiba-tiba terbangun suara berisik di luar dan liat air sudah ada di bawah kasur. Ternyata di luar tetangga sudah ramai bilang ada banjir,” tutur salah seorang warga, Imas (38).

Imas menjelaskan banjir pun masuk ke rumahnya dengan ketinggian 80 centimeter. Melihat situasi yang tidak kondusif, seluruh penghuni rumah dievakuasi ke tempat aman.

Sebagian barang-barang elektronik sempat dipindahkan, namun permukaan air banjir cepat naik sehingga sejumlah barang lainnya tak bisa diselamatkan.

“Habis semua, kasur, barang elektronik, mobil juga terendam,” ungkap Imas.

Dari asesmen yang dilakukan Desa Nyalindung, yang terdampak banjir antara lain pemukiman warga, fasilitas umum berupa jembatan dan SDN Nyalindung.

“Total ada 15 rumah yang terdampak, tersebar di 3 RW. Rata-rata tembok jebol akibat air dan membawa sampah serta lumpur,” kata Sekretaris Desa Nyalindung, Asep.

Asep juga mengatakan, sebanyak 30 kelapa keluarga (KK) sementara mengungsi ke rumah kerabat. Mayoritas rumah yang hancur merupakan hunian yang berdiri tak jauh dekat dengan sungai Cimeta. Adapun jembatan yang terputus, menurut Asep, karena tergerus arus Sungai. Jembatan itu terletak di Kampung Guha Mulya RT 02 RW 14.

“Imbas jembatan terputus warga harus memutar jalan sekitar 3 kilometer. Selain satu jembatan putus, dua jebatan lain di Kampung Cibarengkok RW 13 dan Kampung Tonjong RW 02 rusak berat, pondasinya tergerus, tapi masih bisa dilewati cuma sangat rawan,” imbuhnya.

Asep juga mengungkapkan bahwa banjir bandang sungai Cimeta sudah sering terjadi, setidaknya setiap 5 tahun sekali. Jika dibandingkan dengan peristiwa yang sama pada tahun-tahun sebelumnya, banjir kali dianggap paling parah karena debit air lebih besar dan dampaknya meluas.

“Memang langganan tiap 5 tahun, tapi yang sekarang paling besar. Karena kena juga ke rumah-rumah warga yang posisinya di atas,” papar Asep. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.