Aktifitas Gunung Tangkuban Perahu Meningkat, Badan Geologi Minta Wisatawan Waspada

Gunung Tangkuban Perahu yang berada diperbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang. Foto/Istimewa

BANDUNG BARAT, BANDUNGSATU.COM – Kegempaan di Gunung Tangkuban Parahu yang berada di Kabupaten Bandung Barat dan Subang inj terpantau meningkat dalam dua hari terakhir, (21-22/03). Hal itu disampaikan kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid pada Jumat, (22/03)

Wafid mengatakan peningkatan kegempaan sempat terjadi pula pada periode 4-7 Maret 2024. Gempa embusan dan low frequency ini berlanjut, dengan puncaknya terjadi pada 21 dan 22 Maret 2024.

“Pada dua tanggal tersebut, tercatat 24 dan 40 kejadian gempa hembusan, mengindikasikan aktivitas vulkanik yang meningkat di kawasan tersebut,” kata Wafid.

Wafid mengatakan hasil pengecekan ke sekitar Kawah Ratu, Kawah Ecoma, dan Kawah Domas pada tanggal 22 Maret 2024, tidak ditemukan adanya perubahan maupun endapan material vulkanik baru, pada ketiga kawah tersebut.

“Kami juga Lakukan pengamatan visual, di sekitar Kawah Ratu, Kawah Ecoma, dan Kawah Domas pada 22 Maret 2024. Terlihat di sana ada hembusan asap berwarna putih, dengan ketebalan sedang hingga tebal dan tinggi 5 – 140 meter dari dasar kawah,” imbuhnya.

Ia juga mengatakan, berdasarkan data pemantauan saat ini, perlu diwaspadai potensi bahaya berupa erupsi freatik, yaitu erupsi yang terjadi tanpa ada peningkatan gejala vulkanik yang jelas atau signifikan. Jika terjadi erupsi freatik, kata Wafid, dapat disertai hujan abu dan lontaran material di sekitar kawah.

“Berdasarkan hasil evaluasi secara visual dan instrumental, maka tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu pada tanggal 22 Maret 2024 pukul 12.00 WIB masih pada Level I (Normal) dengan rekomendasi agar masyarakat dan pengunjung atau wisatawan tidak mendekat ke dasar kawah, tidak berlama-lama dan tidak menginap di area kawasan kawah-kawah aktif yang berada di Gunung Tangkuban Parahu,” katanya.

Sementara itu warga yang tinggal di sekitar Tangkuban Parahu, Tati (32), warga Desa Cikole, Kecamatan Lembang, KBB, mengaku was-was mendengar adanya peningkatan aktifitas di Gunung tersebut. Namun dengan banyak info yang didapat dari kewilayahan setempat, ia mengaku waspada dan siaga akan berbagai kemungkinan.

“Atuh was-was mah ada pa. Tidak tenang juga dengan adanya peningkatan aktifitas gunung Tangkuban Perahu dari kemarin Jumat. Saya sama suami tetap siaga, menghadapi segala kemungkinan,”

Asep (45) warga Jalan Ciater, Kabupaten Subang bercerita bahwa saat letusan 26 Juli 2019 lalu sempat pula ada hujan abu di daerah yang terdekat. Jika terjadi erupsi kembali tentu hal yang sama akan terjadi.

“Debu vulkaniknya mengandung batuan pasir silika, beda dengan Galunggung. Ini mah hitam agak keras seperti yang terjadi 2019 lalu. Waktu erupsi terakhir itu, abu vulkaniknya terbawa ke daerah Ciater dan sekitarnya,” kata Asep. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.