Minyak Goreng Langka, Warga KBB Harus Cari ke Kota Cimahi dan Bandung

Kelangkaan minyak goreng di toko grosir dan juga minimarket yang ada di KBB membuat warga kebingungan sehingga terpaksa ada yang harus mencari ke Cimahi dan Kota Bandung. Foto/Istimewa

BANDUNGSATU.COM – Warga masyarakat di Kabupaten Bandung Barat (KBB) kebingungan untuk bisa mendapatkan minyak goreng sesuai harga program pemerintah Rp14.000/liter. Pasalnya di sejumlah toko ritail modern yang ada di KBB, keberadaan minyak goreng sulit didapatkan karena stok tidak ada.

Salah seorang warga Ngamprah, Dian (41) menyebutkan, telah mencari minyak goreng ke beberapa toko ritail modern di kawasan Cimareme tapi semuanya habis. Jangankan barang yang terpajang di rak, ketika ditanya ke pegawai juga sudah tidak ada stok.

“Ada empat toko minimarket yang saya datangi, semuanya habis. Ini juga bingung mau nyari kemana, karena di rumah sudah tidak punya minyak goreng,” ucapnya, Jumat (17/2/2022).

Pegawai swasta ini mengaku, semenjak ada kebijakan minyak goreng harganya Rp14.000/liter dari pemerintah, jadi lebih susah dapat minyak goreng. Padahal sebelum ada kebijakan itu minyak goreng di toko modern atau grosir tidak pernah sampai kosong.

“Paling kalau gak dapat, nitip beli ke temen di Kota Bandung, yang katanya bisa beli, dan jatahnya lima liter sekali beli,” imbuhnya.

Warga lainnya, Nurwati (36) mengakui hal yang sama. Sulit mencari minyak goreng harga pemerintah belakangan ini. Dia pun sempat beberapa kali keluar masuk toko dan tidak mendapatkan barang yang dicari. Beruntung dirinya masih mendapatkan satu bungkus minyak goreng di salah satu minimarket dengan harga Rp13.500/liter.

“Tadi nanyain ke kasir ada minyak goreng, tapi itu juga barangnya tidak dipajang di rak. Merek minyak gorengnya bukan yang biasa saya beli, mereknya aneh,” kata dia.

Branch Corporate Communication
Alfamart, Elisa Elfira menyebutkan, stok minyak goreng di toko jaringannya kerap habis karena tingginya masyarakat yang membeli. Di satu sisi, pengiriman dari pihak supplier terbatas kuotanya sehingga antara stok dan permintaan tidak sebanding.

“Jumlah minyak goreng dari supplier gak maksimal, pembagian produk tidak merata. Sementara masyarakat yang beli banyak, sehingga stok di toko seringkali habis,” terangnya. (*)

Editor : Rizki Nurhakim

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.