Agum Gumelar Bakar Semangat Aliansi Relawan Prabowo-Gibran Jabar agar Menangkan Pilpres

Dewan Pembina Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar ketika bertemu dengan Aliansi Relawan Prabowo-Gibran Sekber 08 Jawa Barat, di Kota Bandung, belum lama ini. Foto/Istimewa

BANDUNG,BANDUNGSATU.COM – Dewan Pembina Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar memberikan masukan dan semangat kepada relawan pendukung Prabowo-Gibran.

Seperti yang disampaikannya kepada
Aliansi Relawan Prabowo-Gibran Jawa Barat ketika berdiskusi di kediaman dari mertua dari legenda pebulutangkis Indonesia Taufik Hidayat ini di Jalan Pager Gunung Nomor 6 Kota Bandung pekan lalu.

Agum mengatakan, pertemuan dengan salah satu relawan pendukung Prabowo-Gibran di Jawa Barat menjadi ajang berkenalan dan menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan. Itu menjadi hal sangat psitif karena semua sudah satu suara menentukan pilihan kepada pasangan yang akan didukung.

“Saya bakal menindaklanjuti pertemuan ini dan sudah telepon pak Ridwan Kamil yang nantinya akan direkomendasikan untuk diterima oleh TKD di bawah pimpinan beliau agar pergerakannya lebih terkoordinir,” kata Agum.

Dirinya meyakini kemampuan yang ada pada diri para relawan dengan berbagai latar belakang. Mereka bisa menjadi penyambung lidah dari Prabowo-Gibran, bisa menjadi jubir yang piawai yang bisa meyakinkan masyarakat tentang bagaimana program Prabowo-Gibran ke depan dalam rangka membawa bangsa ini maju.

Namun para aliansi relawan ini mesti melaksanakan tugasnya secara terhormat, elegan dan tidak membuat kesan seolah-olah pasangan Prabowo-Gibran ini menjelek-jelekkan paslon Capres-cawapres lainnya. Sebab Agum melihat semua calon tiga-tiganya bagus.

“Anies Baswedan itu adik dan sahabat saya, Ganjar juga sama. Apalagi pak Prabowo saya tahu betul dari semenjak pangkat beliau Letnan Satu, saya tahu betul rekam jejak dan kiprahnya,” terangnya.

Agum mengakui tidak meragukan jiwa nasionalisme, kecintaan terhadap bangsa dan negara dari seorang Prabowo Subianto. Termasuk, dedikasinya untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang besar sangat besar. Tinggal bagaimana semua paslon menjaga jangan sampai terjadi hal-hal yang bisa menimbulkan gesekan-gesekan di antara masa pendukungnya.

Yakni, jangan saling menjelek-jelekkan calon lain, jangan satu calon dengan pendukungnya menganggap bahwa calon lain dan pendukungnya adalah musuh yang harus dihancurleburkan dalam satu pertempuran. Kalau dalam pertempuran segala cara dihalalkan yang penting musuh hancur. Tapi ini pesta demokrasi, kontestasi demokrasi, ada aturan, ada norma dan ada etikanya.

“Tidak bisa menghalalkan segala cara. Semua harus lebih dewasa, bagaimana bisa menentukan pilihan yang tepat sesuai hati nurani dan tidak didasarkan pada kenikmatan sesaat, ketika kita dikasih uang atau sembako,” imbuhnya.

Adapun terjadi polarisasi dalam proses kontestasi politik ini merupakan hal yang wajar. Namun jadi sangat tidak wajar kalau yang satu 100 persen dan satu nol persen. Di sinilah kebesaran jiwa dan kedewasaan semua pihak dalam berdemokrasi diuji, karena perbedaan memilih ini sementara dan harus berakhir ketika Pilpres selesai.

“Saat Pilpres selesai tidak ada lagi perbedaan, semua bersatu lagi kita, menghormati apa yang menjadi keputusan demokrasi. Figur yang menang menjadi presiden untuk seluruh rakyat Indonesia bukan hanya pendukung atau golongannya saja,” tuturnya.

Sementara Pembina Aliansi Relawan Prabowo-Gibran Sekber 08 Jawa Barat, Yayat T. Soemitra menilai sosok Prabowo dan Gibran menjadi pasangan yang pas untuk memimpin Indonesia ke depan. Pasalnya tidak banyak orang yang memiliki keberanian dan ketegasan untuk menjaga stabilitas negara.

“Itu semua (keberanian) ada pada sosok Prabowo Subianto. Beliau memiliki keberanian untuk menjaga stabilitas negara,” kata Yayat.

Seorang presiden itu bagaimana bisa menjaga stabilitas negara dan bisa diwujudkan melalui kebijakan-kebijakan yang dilakukannya. Oleh karena itu dirinya yakin jika dipimpim keduanya, sebelum 2045 Indonesia bisa menjadi negara maju.

“Pa Prabowo memiliki pengalaman lengkap untuk menjaga stabilitas negara, karena terkadang pasca reformasi demokrasi itu kerap kebablasan,” pungkasnya. (*)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.