Warga Keukeuh Tolak TPST, BPD Cilame Janji Sampaikan Aspirasi ke Pemda

Sekretaris BPD Desa Cilame, Ngamprah, KBB, Ermanto. Foto/Istimewa

BANDUNGSATU.COM – Aspirasi penolakan rencana pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kampung Cikupa RT 1/15, Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), terus bermunculan.

Menyikapi hal tersebut pihak Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Cilame akan menyampaikan aspirasi warga ke Dinas Lingkungan Hidup Pemda KBB agar jadi bahan pertimbangan dalam merealisasikan rencana pembangunan TPST.

“Aspirasi warga sudah kami terima soal penolakan pembangunan TPST. Ini akan kami sampaikan ke pihak terkait khususnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Pemda KBB,” kata Sekretaris BPD Desa Cilame Ermanto, Sabtu (30/7/2022).

Dia menyebutkan, hal itu perlu disampaikan ke DLH karena pada saat sosialisasi di kantor desa Kamis (7/7/2022) mereka yang menjelaskan beserta pihak konsultan perencana pembangunan. Sehingga adanya aspirasi dari masyarakat harus jadi pertimbangan mereka.

Pihaknya bisa memahami jika warga menolak karena pasti khawatir terhadap dampak negatif dari keberadaan TPST. Di sisi lain, rencana ini sudah menjadi program pemerintah sehingga BPD akan coba mencari tahu lebih dalam terkait rencana ini.

Nantinya jangan sampai rencana pembangunan terus dilakukan, sementara warga masih menolak. Sehingga semua harus dijelaskan ke warga, mengingat pada sosialisasi yang disampaikan hanya teknis pengolahan. Sementara soal dampak negatif yang ditimbulkan tidak dibahas.

“Saat sosialisasi yang disampaikan hanya teknis pengolahan saja, sementara soal dampak negatif tidak dibahas. Padahal warga mengkhawatirkan soal bau, pencemaran, mobilitas truk sampah, dll,” terangnya.

Ketua RW 8 Desa Cilame, Rusdan menyebutkan, pembangunan TPST
tersebut terkesan dikejar target dan tidak diinformasikan lebih dulu ke warga. Bahkan hingga dua bulan sebelum rencananya TPST itu dibangun, warga baru mendapatkan sosialisasi satu kali.

“Warga menolak rencana pembangunan TPST apapun teknologi yang digunakannya karena khawatir limbah dan bau dari sampah yang bisa mengotori lingkungan, karena lokasinya dekat permukiman,” ujarnya. (*)

Editor : Rizki Nurhakim

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.