Kelaparan Mengancam Penduduk di Selatan Madagaskar, untuk Menyambung Hidup Sudah Makan Daun dan Belalang

Anak-anak bermain di samping rumah milik komunitas Akamasoa di dekat pembuangan sampah Andralanitra di Antananarivo, Madagaskar, 27 Agustus 2019. Foto diambil tanggal 27 Agustus 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Baz Ratner/wsj/cfo

BANDUNGSATU.COM – Dampak dari kekeringan dan badai pasir yang merusak hasil panen menyebabkan ancaman kelaparan bagi penduduk yang tinggal di selatan Madagaskar.

Direktur Senior Operasi Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Amer Daoudi, mengatakan dia telah mengunjungi desa-desa Madagaskar. Di sana, orang-orang terpaksa memakan belalang dan daun.

“Saya menyaksikan gambar mengerikan dari anak-anak yang kelaparan, kekurangan gizi, dan tidak hanya anak-anak tetapi juga ibu, orang tua, dan penduduk di desa-desa yang kami kunjungi,” kata Daoudi yang berbicara dari Antananarivo, Madagaskar.

“Mereka berada di ambang kelaparan, ini adalah peristiwa yang sudah lama tidak saya lihat di seluruh dunia,” tutur dia kepada media yang mengikuti pengarahan di Markas PBB Jenewa.

Malnutrisi, yang meningkat hampir dua kali lipat menjadi 16 persen dari 9 persen pada Maret 2020 setelah lima tahun berturut-turut kekeringan berlangsung, diperburuk tahun ini oleh badai pasir dan hujan, kata Daoudi.

Dilansir dari ANTARA, saat ini WFP sedang berupaya mengumpulkan dana 75 juta dolar AS (sekitar Rp1 triliun) untuk menutupi kebutuhan darurat dalam beberapa bulan ke depan(*)

Editor: Rizki Nurhakim 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.