Izin Turun dari Kemenkes, RS Melinda 2 Bandung Sukses Operasi Penanganan Impotensi

Dokter Spesialis Urologi Kuncoro Adi, dr., Sp. U (K) saat menjelaskan soal penanganan penyakit kelainan disfungsi ereksi yang kini sudah bisa dilakukan di Indonesia, yakni di Rumah Sakit Melinda 2 Bandung. Foto/Istimewa

BANDUNGSATU.COM – World Health Organization (WHO) mencatat sekitar 15% pria dari seluruh dunia terkena kelainan disfungsi ereksi (impotensi). Yakni ketidak mampuan untuk mendapatkan atau memulai dan mempertahankan ereksi penis yang cukup kuat untuk mendapatkan kepuasan sexual.

Survei yang di lakukan oleh National Health and Nutrition Examination di Amerika Serikat didapatkan angka prevalensi disfungsi ereksi pada pria dengan usia di atas 20 tahun sebanyak 18,4%. Sementara di Indonesia, dari suatu studi yang dilakukan di Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2019, prevalensi disfungsi ereksi pada pria berusia 20–80 tahun cukup tinggi, berkisar pada 35% kasus.

Dokter Spesialis Urologi Kuncoro Adi, dr., Sp. U (K) menerangkan, prevalensi disfungsi ereksi berhubungan dengan pertambahan usia, penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung kardiovaskular, hipertensi, dan penyakit prostat. Pengobatan disfungsi ereksi secara umum tergantung dari penyebab disfungsi ereksi itu sendiri.

Secara umum pemicu terjadinya disfungsi ereksi pada pria diakibatkan oleh 2 hal yaitu factor organic dan factor psikogenik. Pengobatan disfungsi ereksi sangat tergantung dari kondisi individual dari masing-masing pasiennya. Dibutuhkan konseling kepada dokter untuk bisa mendiagnosa secara lebih detail dan menyeluruh mengenai pengobatan impotensi atau disfungsi ereksi yang di derita pasien.

“Penanganan penyakit ini sudah bisa dilakukan di Indonesia jadi tidak perlu berobat ke luar negeri. Seperti di Rumah Sakit Melinda 2 Bandung, di urology center, yang sudah bisa melakukan operasi penile prosthesis,” ucapnya, Sabtu (3/9/2022).

Menurutnya, pengobatan impotensi atau disfungsi ereksi pria cukup beragam. Seperti penggunaan obat-obatan, terapi non invasif menggunakan low intensity extracorporeal shockwave therapy (Li-ESWT), terapi hormonal pria, terapi psikologi dengan psikoterapi. Serta melalui proses alat bantu mekanik dan rehabilitasi medis.

Meskipun pengobatan impotensi mengalami perkembangan progresif dengan penggunaan obat-obatan khusus untuk disfungsi ereksi dan juga prosedur minimal invasif dengan Li-ESWT. Pengobatan pembedahan dengan menanamkan Penile prosthesis atau Penil implant ke dalam penis pasien, masih merupakan pilihan gold standard dan pilihan terakhir yang dapat di tawarkan ke penderita disfungsi ereksi yang tidak respon dengan obat-obatan oral.

Pada kasus impotensi atau disfungsi ereksi yang diakibatkan oleh trauma daerah panggul dan penis, kelainan priapismus dan kelainan persarafan dan pembuluh darah yang biasanya membuat terjadi impotensi yang bersifat permanen. Pada kondisi klinis seperti ini, harapan terakhir untuk pasien untuk bisa mendapatkan ereksi yang adekuat untuk melakukan hubungan sexual yang memuaskan adalah penggunaan Penile prosthesis atau Penile implant.

Penile prosthesis atau penile implant adalah suatu alat yang di tanam secara pembedahan untuk mendapatkan ereksi yang adekuat untuk melakukan aktivitas sexual. Secara umum ada dua jenis tipe penile implant yaitu jenis malleable dan inflatable penile ptosthesis.

Malleable penile implant adalah implant yang bersifat semi-rigid berupa sepasang batang (rod) yang di tanamkan ke dalam corpus cavernosum penis. Batang (rod) ini berkonsistensi keras tetapi dapat di atur secara manual oleh pasien untuk mendapatkan posisi ereksi yang adekuat untuk melakukan hubungan sexual secara alami. Batang rod ini berbahan silicone semi-rigid dengan berbagai ukuran dan diameter yang akan disesuaikan dengan kondisi individual anatomis penis pasien.

Sedangkan Inflatable Penile Prosthesis (IPP) adalah suatu alat penile implant yang dapat dikembangkan dan dikempeskan sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan suatu sistem pompa bertekanan yang dapat di atur secara mandiri oleh pasien. Untuk mengembangkan dan mengempiskan alat ini menggunakan cairan steril yang di tempatkan di daerah pelvis atau rongga panggul pasien sebagai reservoir yang akan mengalir ke alat penile prosthesis.

“Data di Amerika Serikat menunjukkan tingkat kepuasan pasien pada penggunaan alat penile prosthesis cukuplah tinggi, sekitar 80-90%,” sebutnya.

Meskipun operasi pemasangan penile prosthesis atau penile implant telah dilakukan sejak beberapa dekade yang lalu di luar negeri, Indonesia baru melakukan operasi pertama pemasangan inflatable penile implant di Rumah Sakit Melinda 2, Bandung Urology Center pada tahun 2022.

Hal ini di karenakan para ahli urologi di Indonesia menunggu untuk mendapatkan perijinan dan sertifikasi alat dari kementrian kesehatan Republik Indonesia yang memakan waktu birokrasi yang cukup lama. Sebelum tahun 2022, masyarakat Indonesia hanya bisa melakukan operasi ini ke luar negeri terutama Singapora, Australia dan beberapa negara di Asia lainnya.

“Saat ini di Rumah Sakit Melinda 2 di klinik Bandung Urology Center sendiri telah melaksanakan operasi penanaman alat inflatable penile prosthesis yang pertama di Indonesia beberapa waktu yang lalu,” ucapnya.

Hadirnya alat ini di Indonesia, khususnya di Bandung, Jawa Barat, di Rumah Sakit Melinda 2, yang telah mendapat sertifikasi alat dari Kementrian Kesehatan, diharapkan dapat membantu masyarakat Indonesia umumnya, khususnya masyarakat Kota Bandung dan Jawa Barat. Agar bisa mendapatkan pelayanan memperbaiki gangguan ereksi yang tidak respon dengan obat-obatan atau dengan tehnik pengobatan lainnya.

“Semoga dengan kehadiran fasilitas baru ini di Rumah Sakit Melinda 2 dapat memberikan harapan baru untuk kesembuhan penderita dengan impotensi di Kota Bandung, Jawa Barat. Jadi pasien tidak harus jauh-jauh ke luar negeri,” pungkasnya. (*)

Editor : Rizki Nurhakim

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.