Dukung Perkembangan Bahasa Sunda, Disdik KBB Optimalkan Peran Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda

Ilustrasi kegiatan belajar mengajar di Kabupaten Bandung Barat./Dokumen Disdik KBB

BANDUNGSATU COM – Tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari  Bahasa Ibu Internasional yang dicanangkan  UNESCO 17 November 1999. Hari Bahasa Ibu  ini bermula dari pengakuan terhadap   Hari Gerakan Bahasa yang dirayakan di negara  Bangladesh.

Indonesia sendiri memiliki sekitar 600 bahasa daerah (BD). Dari 600 BD tersebut terdapat delapan  BD utama yang memiliki jumlah penutur terbanyak. Jumlah delapan BD ini pun mengerucut menjadi tiga BD, yakni bahasa Jawa, Sunda, dan Bali (Alwasilah, 2006: 69).

Bahasa Ibu akan tetap lestari jika penuturnya atau orang yang menggunakannya tetap tinggi atau banyak. Sebaliknya jika orang sudah meninggakannya, secara otomatis akan punah dengan sendirinya.

Menyikapi hal itu, Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat akan berupaya melakukan dukungan optimal terhadap perkembangan bahasa Sunda. Dukungan diberikan dalam kapasitas sebagai pemegang otoritas pendidikan di Kabupaten Bandung Barat.

Pernyataan itu diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Asep Dendih dalam sambutannya yang disampaikan melalui
Plt. Kepala Bidang Pengembangan Kurikulum Dadang A. Sapardan di depan para peserta Sosialisasi Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra di Hotel Narima Lembang, Rabu (1/12/2021).

“Kami akan berupaya melakukan dukungan optimal terhadap pengembangan bahasa Sunda di Kabupaten Bandung Barat,” tutur

Dadang A. Sapardan membacakan sambutan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat Asep Dendih.

Diharapkan, berbagai satuan pendidikan guru-guru mata pelajaran merupakan SDM yang bisa diharapkan dalam upaya pengembangan bahasa Sunda. Melalui optimalisasi peran guru mata pelajaran bahasa Sunda, para generasi penerus di Bandung Barat dapat lebih dikuatkan dalam pengenalan dan pengembangan bahasa Sunda, termasuk budayanya.

Sekalipun demikian, lanjutnya,  pengembangan bahasa Sunda ini terkendala oleh kenyataan bahwa masih banyak guru yang mengampu mata pelajaran bahasa Sunda, tetapi bukan lulusan program studi Bahasa Sunda.

Kondisi demikian diperparah dengan kenyataan pada jenjang SD yang menerapkan pembelajaran dengan pola guru kelas yang memungkinkan minimnya pengetahuan mereka terhadap bahasa Sunda.

Sekalipun demikian, sebagai pemegang otoritas pendidikan, Dinas Pendidikan akan melakukan intervensi terkait upaya peningkatan kompetensi para guru sehingga mereka mampu melakukan upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Sunda pada setiap siswanya.

“Dalam kondisi saat ini, kendala yang dihadapi adalah keterbatasan guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa Sunda tetapi berangkat dari prodi di luar Bahasa Sunda,” ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut, Kasi Pengembangan Bahasa dan Sastra, Wika Damayanti mengungkapkan bahwa pelaksanaan kegiatan tersebut diharapkan menumbuhkan kesadaran para guru akan pentingnya pengembangan bahasa Sunda.

Penumbuhan kesadaran dibutuhkan karena bahasa Sunda merupakan kekayaan budaya yang harus dipertahankan dan dikembangkan oleh berbagai elemen, terutama oleh para guru.

Peran serta para guru dalam turut serta mengembangkan bahasa Sunda sangatlah diharapkan karena mereka menjadi sosok yang bergulat dengan siswa sebagai generasi penerus bangsa.

“Pelaksanaan kegiatan tersebut diharapkan menumbuhkan kesadaran para guru akan pentingnya pengembangan bahasa Sunda,” ungkap Wika Damayanti.advetorial**

Editor: Rizki Nurhakim

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.