Belum Mampu Turunkan Harga Sembako, KBB Terancam Inflasi

Pj Bupati Bandung Barat Arsan Latif dan Sekretaris Daerah KBB , Ade Zakir meninjau langsung Gelar Pangan Murah (GPM) di Ciburuy, Kecamatan Padalarang, Selasa (28/11). Foto/BANDUNGSATU.COM

BANDUNG BARAT, BANDUNGSATU.COM – Masyarakat dan pedagang kebutuhan pokok di Bandung Barat mengeluhkan sejumlah komoditi yang harganya masih melambung. Mereka mengaku bahwa pasar murah yang digelar Pemda Bandung Barat, masih belum bisa mengendalikan harga Sebagian kebutuhan pokok yang merangkak naik. Padahal pihak Pemerintah Daerah Bandung Barat selalu mengadakan pasar murah sembako (Sembilan Bahan Pokok) ditiap kecamatan, tapi tidak bisa menurunkan harga sejumlah komoditi di pasaran.

Di Pasar Padalarang, harga cabai rawit merah yang semula Rp 60.000, saat ini masih berada di kisaran Rp100.000 per kilogramnya. Cabai merah keriting pun mengalami kenaikan. Harga jualnya kini Rp 80.000. Sementara harga semula hanya Rp.70.000.

Salah satu pedagang sayuran, Titin (40) mengatakan kenaikan harga ini berpengaruh pada penjualan yang menurun. Menurun karena kurangnya daya beli masyarakat. Sementara ia pun harus mengurangi stok penjualan agar tidak merugi

“Sekarang saya nyetok yang biasa sampai 8 kiloan, paling banter 3 kilo saja, karena pembeli juga hanya sedikit belinya, asalnya banyak yang beli cabai seperapat. Sekarang paling satu ons, dua ons. Jadi diketeng seperlunya aja yang belinya,” kata Titin saat ditemui Rabu (29/11)

Harga cabai merah yang melambung di kisaran Rp.100.000 sampai Rp. 110 ribu. Kenaikan ini diakui pedagang terjadi secara bertahap selama sebulan. Kenaikan ini membuat mereka kebingungan karena modal yang bertambah tidak berimbas pada keuntungan.

“Boro-boro untung, yang ada modal malah nambah, jadi kita malah nurunin stok. Karena kalau stok terlalu banyak, cabai mah kan gampang busuk. Kita mau rugi dua kali,” kata Dadang penjualan sayur di Pasar Panorama.

Tidak hanya hanya cabai, beras pun saat ini masih belum mengalami penurunan yang signifikan. Penjual beras eceran rata rata menjual beras dengan harga Rp.13.000 sampai Rp.14.500. Sama seperti pedagang cabai penjual beras rata-rata menurunkan stoknya 30 sampai 40 persen, karena adanya penurunan daya beli.

“Setelah lebaran lalu, beras paling mahal harganya Rp.13.000. Sekarang harga segitu yang paling murah. Sudah beberapa bulan naik, ternyata ada operasi pasar tetap juga gak turun-turun,” kata Imron, pedagang beras eceran di Ngamprah.

Imbas harga keburuhan bahan pokok yang masih melambung ini, Bandung Barat saat ini masuk pada peringkat pertama dari 27 Kabupaten dan Kota di Jawa Barat, pada bulan November. Kondisi ini disorot langsung oleh Mendagri Muhammad Tito Karnavian pada Rakor Pengendalian Inflasi, Senin (20/11).

Dalam Rakor yang dihadiri Menteri Tenagakerja (Kemenaker RI) serta Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut nama Kabupaten Bandung Barat disebut dengan jelas oleh Tito.

“Ini harus jadi atensi, untuk wilayah di pulau Jawa dengan angka inflasi tinggi di Jawa Barat ada Bandung Barat, kemudian ada juga Blora, Semarang, Gunung Kidul, Blitar, Kebumen, Serang, Pasuruan, dan Tegal,” tegas Tito. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.