Tinggal Diantara Megahnya Gedung Pemkab, Bocah SD Ini Berjibaku Dengan Kemiskinan

NGAMPRAH, BANDUNGSATU.COM —
Meski tinggal tak jauh dari megahnya kantor pusat pemerintahan Kabupaten Bandung Barat (KBB), kesejahteraan ekonomi tak kunjung menghampiri Bayu Satria Rahayu (12).  Siswa kelas V SD warga Kampung Bantar Gedang, Desa Mekarsari, KBB ini harus bekerja keras berjualan keliling demi membantu perekonomian keluarganya.
Di usia yang terbilang masih anak-anak, tiap hari ia terpaksa turun ke jalan mengais rejeki dengan menjual gorengan buatan ibunya Wiwi Suhati (45). Keterbatasan ekonomi menjadikan ia pekerja keras di usia dini tanpa harus mengeluh pada pada uluran tangan pemerintah.
“Jualan sejak umur 6 tahun, awalnya bareng ibu. Tapi karena ibu ngasuh adik di rumah, sekarang jualan sendiri,”ucap Bayu saat dijumpai Bandungsatu.com di Gedung B, Komplek perkantoran Pemerintahan KBB, Mekarsari, Ngamprah, Senin (8/2/2021).
Saat itu tubuh mungilnya tengah bersemangat menenteng wadah plastik berisi berbagai jenis cemilan seperti bala-bala, gehu dan lontong. Langkah kakinya cekatan naik turun tangga gedung megah perkantoran KBB menghiraukan beban berat dagangannya.
Aktifitas tak lazim memang bagi sebaya dari keluarga mampu, jika biasanya anak lain asik menonton youtube atau bermain game android, ia justru dituntut harus pintar membagi waktu antara membantu ekonomi keluarga dan belajar secara daring.
“Bapa kerja di pasar malam, pulangnya juga enggak tentu. Kalau sepi enggak pulang. Bayu tinggal di kamar kontrakan sama ibu dan adik usianya baru 1 tahun,”ucapnya tanpa terdengar nada mengeluh.
Didera keterbatasan ekonomi tak menyurutkan bocah yang bercita-cita menjadi pengusaha ini untuk berpangku tangan. Mulai jam 5 pagi, ia bergegas keluar rumah menjajakan gorengan ke berbagai tempat, keuntungan tidak seberapa dari hasil jualan diberikan kepada ibunya.
“Ya jualan kemana saja, kalau disini (pemkab) sepi kadang sampai ke alun-alun Bandung naik kereta api dari stasiun Padalarang,”tutur dia.
Jika seluruh dagangannya habis ia bisa mengantongi keuntungam kotor Rp300 ribu. Namun tentu saja tidak setiap hari didapatnya. Terkadang sama sekali dagangannya tidak laku hingga akhirnya kembali pulang karena jam 10.00 WIB harus mengerjakan tugas secara daring.
“Kalau laku semua Rp300 ribu, diberikan semua sama mama,”katanya.
Bayu mengaku semangat bekerja karena alasan mulia ingin membantu perekonomian keluarganya, ia paham betul petak kontrakan yang menjadi tempat tinggalnya harus dibayar setiap bulan.
Kuota untuk belajar daring harus dibeli, kebutuhan perut dirinya, ibu dan adiknya di rumah tidak bisa hanya mengandalkan uluran tangan orang lain.
Sementara, penghasilan bapaknya dari hasil jualan sandal di pasar malam yang berpindah-pindah dari pelosok ke pelosok tidak akan mampu menutupi semua itu.
“Ya ingin bantu mama sama bapa, semua uangnya juga diberikan ke mama buat biaya adik,”kata siswa SDN Ciharashas 4 itu saat ditanya alasannya mau banting tulang menjual gorengan setiap hari.
Bayu berharap, suatu saat nanti ia bisa menjadi sesuatu yang bisa mengangkat derajat ekonomi keluarganya. Bekerja keras dengan menjadi pedagang tanpa harus meninggalkan kewajibanya bersekolah akan terus dilakukan hingga mimpi itu terwujud.
“Cita-cita mau jadi polisi, tentara atau pengusaha,”tandasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.