Objek Wisata di Lembang Terancam Resesi, Weekend Pengunjung Hanya 30%

Salah satu objek wisata di kawasan Lembang, KBB, sepi pengunjung akibat pandemi COVID-19 yang masih terjadi dan adanya PSBB wilayah Jakarta. Foto/BANDUNGSATU.COM

BANDUNGSATU.COM — LEMBANG, Aktivitas ekonomi pariwisata di Kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) ambruk akibat hantaman ekonomi pandemi Coronavirus Disease (Covid-19).

Angka kunjungan wisatawan ke sejumlah objek wisata mengalami penurunan drastis menyisakan 30-10% saja di akhir pekan. Pun angka keterisian kamar dan hotel merosot tajam apalagi sejak Jakarta menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Manager Operasional objek wisata Terminal Wisata Grafika Cikole, Sapto Wahyudi menilai angka kunjungan wisatawan menurun hingga 50%, sementara tamu yang menginap dipastikan tidak asa selama pandemi ini.

“Kami ada beberapa penginapan itu hampir kosong saja, kebanyakan yang datang makan dan bermain wahana outdoor disini,” ucap Sapto, Rabu (30/9/2020).

Meski pada new normal bulan Juli lalu aktivitas objek wisata dibuka secara normal, kunjungan wisatawan masih belum beranjak naik. Keadaan semakin terpuruk setelah DKI Jakarta sebagai penyumbang besar wisatawan menerapkan PSBB.

“Wisatawan kami kebanyakan datang dari Jabodetabek, Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan PSBB Jakarta otomatis wisatawan dari sana menurun drastis bahkan tidak ada,” katanya.

Public Relations And Promotion The Great Asia Afrika Lembang, Intania Setiati mengungkapkan hal sama, penurunan angka kunjungan cukup fantastis hingga 90%. Jika pada awal new normal jumlah kunjungan tersisa 30%, mulai PSBB Jakarta kunjungan kembali merosot tajam menyisakan 10% saja.

“Waktu awal new normal masih ada 30% wisatawan, setelah PSBB Jakarta tersisa 10% saja,” ucapnya.

Untuk menekan biaya operasional, Intan menyebut manajemen memberlakukan sistem kerja pegawai secara bergiliran. Pegawai yang bekerja separuhnya dan sisanya di rumahkan.

“Sistem ini diberlakukan karena jumlah kebutuhan petugas di objek wisata juga berkurang, disamping itu juga kami ingin pegawai tetap bisa mendapat honor dengan membagi shift,” terangnya.

Depi Bagja (38), Salah seorang pedagang oleh-oleh Bolu Susu Lembang mengatakan, selama pandemi ini pembeli sepi. Jika saat ramai ia bisa menjual ratusan boks bolu susu, kini bahkan pernah tidak laku sama sekali.

“Saya jualan di mobil itu kalau ramai bisa 100 boks terjual, sekarang mah hampir enggak ada yang laku. Tiga bulanan lah seperti ini,” ucapnya.

Untuk menyiasati pendapatannya, Depi memilih untuk merubah produk jualannya dari bolu susu menjadi masker. Meski keuntungannya tidak sebesar bolu susu, ia tetap bertahan berjualan di ruas jalan Lembang.

“Saya bingung mau ngapain lagi, ini jualan masker juga sekarang mulai turun. Kalau enggak begini mau ngapain lagi,” tandasnya. (NWA)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.