Kasus HIV/AIDS di KBB Jadi Fenomena Gunung Es, Angkanya Terus Naik

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinas Kesehatan, KBB, Nurul Rasihan. Foto/BANDUNGSATU.COM

BANDUNGSATU.COM – Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Bandung Barat (KBB) diprediksi menjadi sebuah fenomena gunung es. Pasalnya data yang tercatat bisa saja tidak mencerminkan angka kasus sesungguhnya yang ada di masyarakat karena banyak yang tidak melapor.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinas Kesehatan, KBB, Nurul Rasihan mengakui jika data yang tercatat di pihaknya mungkin belum menggambarkan kondisi sesungguhnya. Walaupun saat ini angkanya terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

“Sebenarnya kasusnya terus meningkat dari tahun ke tahun, tapi mungkin ada yang tidak dilaporokan. Kalau kasus HIV/AIDS di KBB dari Januari sampai Juni 2022 ada sebanyak 46 orang,” sebutnya, Minggu  (4/9/2022).

Secara kumulatif, sejak tahun 2011 sampai sekarang total ada 550 penderita HIV/AIDS di KBB. Jumlah itu mungkin sekarang bisa bertambah seiring dengan aktivitas masyarakat yang kembali normal. Sehingga pihaknya terus memantau kelompok berisiko yang berpotensi tertular.

Kelompok itu seperti yang berperilaku sering bergonta-ganti pasangan dan bertukar jarum suntik, seperti wanita pekerja seks (WPS), waria, lelaki seks dengan lelaki (LSL), ibu hamil dan menyusui, serta pengguna napza suntik (penasun).

Jika ditemukan ada yang terpapar atau penyintas HIV/AIDS, maka akan dilakukan skrining termasuk terhadap para pasangan mereka. Sebab, pasangan para penyintas HIV/AIDS masuk dalam bagian populasi kunci yang bisa tertular dari hubungan suami istri.

“Ibu hamil juga rentan menularkan virus secara vertikal kepada bayi yang dikandungnya. Sehingga baiknya harus diperiksa HIV/AIDS-nya,” kata dia.

Lebih lanjut dikatakannya, untuk kasus ibu hamil di KBB ada diantaranya delapan orang yang positif HIV/AIDS. Untuk penularannya masih dilakukan identifikasi tapi bisa saja mereka tertular dari suaminya. Untuk penderita lainnya kategori LSL ada 28, waria 4, dan lain-lain 4 orang.

“Orang yang terkena virus HIV/AIDS agak sulit terbuka. Entah karena malu sehingga tidak mau bicara terbuka terkait dengan penyakit yang dideritanya, itu yang jadi tantangan,” pungkasnya. (*)

Editor : Rizki Nurhakim

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.