Direktur Divisi Informasi dan Komunikasi Politik WaJIT: Prediksi Cabub KBB Maksimal Hanya 4 Calon di Pilkada

Direktur Divisi Informasi dan Komunikasi Politik Wajit, Hasnul Fikri. Foto/Istimewa

BANDUNG BARAT, BANDUNGSATU.COM – Koalisi Pilihan Presiden yang membagi kekuatan politik pada tiga poros besar, belum tentu akan terbawa pada Pilkada 2024 mendatang. Karena perolehan kursi di DPR RI akan berbeda dengan perolehan di DPRD.

Hal tersebut disampaikan Direktur Divisi Informasi dan Komunikasi Politik Wahana Jaringan Informasi Terpadu (WaJIT) Hasanul Fikri. Fikri mengungkapkan bahwa indikator yang dilihat dalam pencalonan Kepala Daerah di Kabupaten Bandung Barat ada dua, bisa koalisi permanen pada Pilpres mengusung masing masing calonnya, bisa pula empat besar partai yang masing-masing mendapat delapan kursi di DPRD yang mencalonkan pilihannya, Yaitu PKS, Gerindra, Golkar dan PKB.

“Bisa jadi ada tiga calon dari koalisi permanen yang mengusung pilpres, atau bisa pula ada empat calon dari empat partai terbesar di DPRD KBB yang mendapat masing-masing delapan kursi Yaitu PKS, Partai Gerindra, Partai Golkar dan PKB,” kata Fikri.

Dari selain empat parpol yang memegang ‘tiket’ untuk mencalonkan jagoannya, Fikri juga tidak menampik jika PDIP kemungkinan akan bergabung dengan Nasdem untuk meraih tiket dalam pencalonan Bupati Bandung Barat.

Ia juga mengatakan meski empat parpol itu sudah memenuhi syarat pencalonan untuk kadernya, namun PKB terlihat masih belum menemukan calon yang pas, sehingga kemungkinan PKB untuk bergabung dengan partai lain, masih bisa terjadi.

“Apalagi pimpinan partainya sendiri mengatakan masih terbuia untuk mengambil calon dari luar PKB,” imbuh Fikri.

Dengan demikian ia simpulkan bahwa kemungkinan besar calon yang akan maju ke Pilkada KBB adalah empat orang. “Hanya saya lihat yang ideal sebenarnya tiga, karena masing masing parpol punya ‘musuh’ bersama,” jelas Fikri.

Lebih jauh ia mengatakan bahwa terlepas dari koalisi yang dibangun pada Pilpres, dari sisi psikologi politik ia melihat kecenderungan yang terjadi empat partai besar tadi memiliki ego sendiri untuk mencalonkan jagoannya.

Yang sulit adalah posisi PDIP yang sulit menjatuhkan pilihan, karena bila sekenarionya berdasar koalisi permanen Pilpres maka PDIP tidak memilih partai untuk bergabung.

“PKS, PKB dengan Nasdem, Sementara Golkar dengan Gerindra bisa tetap dengan Demokrat dan PAN. Nah PDIP mau dengan siapa, ini posisi yang menyulitkan,” tukas Fikri.

Terlepas soal partai pengusung Fikri juga menilai bahwa yang juga sangat menarik adalah soal sosok pimpinan yang akan maju sebagai Bupati. Fikri menilai bahwa Bandung Barat memiliki sisi kearifan lokal yang unik.

KBB disebut Fikri memiliki budaya “paternalistik”, ( Menganut fatsun kesenioritasan )oleh karenanya yang paling pas membangun KB adalah ia yang tahu persisi budaya politik yang ada di Bandung Barat.

“Diantaranya yang mumpuni adalah pa Ernawan, mantan Wakil Bupati, pa Yayat juga mantan Wakil Bupati, pa Aep Nurdin pernah menjadi calon Bupati,” jelas Fikri seraya menyebut keunggulan ke empatnya yang memiliki ketokohan, mesin partai yang mumpuni dan etika politik yang terpelihara dengan baik.

Namun demikian Fikri juga menilai bahwa kemungkinan Pj Bupati Bandung Barat, Arsan Latif bisa pula memiliki kans untuk bersaing dengan calon-calon lainnya, karena ia seorang birokrat dan memiliki kemampuan profesional dalam mengelola Pemerintahan karena pengalamannya di Kemendagri.

“Bisa dibilang ia incumbent, terlebih pengalaman birokratnya sangat profesional sehingga ia bisa menjadi calon kuat pula. Meski di wilayah Selatan paternalistiknya kuat, namun untuk wilayah lainnya seperti Padalarang Lembang, Parongpong saya pikir masih bisa menerima calon ‘orang luar’ seperti pak Arsan ini,” ungkap Fikri.

Calon lainnya, Steve Ewon, Ujang Rohman, Gagan Wirahma dari APDESI KBB, Kades Cilame Aas Muhammad Asor memiliki kans juga untuk bisa menduduki posisi Wakil Bupati karena latar belakang pendidikan dan organisasi yang mumpuni. Termasuk Gunawan yang aktif di Forum RT RW, yang memiliki kegiatan sosial sangat banyak.

Yang menurut Fikri agak sulit bersaing justru Hengki Kurniawan karena dalam amatannya, pada Pileg lalu saja ia tidak bisa mengangkat parpolnya dan menurutnya prestasinya pun saat melanjutkan kepemimpinan di KBB setelah Aa Umbara Sutisna tersangkut kasus, masih terbilang biasa saja.

“Ya dia saja gak bisa mengangkut partainya kan. Terus prestasinya juga gak bagus-bagus amat. Kalau soal infrastruktur dan program lainnya, itu kan melanjutkan apa yang sudah diprogramkan pada jaman Aa Umbara,” jelas Fikri.

Dari kalangan pemuda Fikri menilai Ujang Rohman sebagai akademisi dan Rian Firmansyah anggota DPR RI patut pula diperhitungkan. Selain itu ada Edi Rusyadi dari Golkar dan Tobias Saidina dari Gerindra sangat potensial.

“Satu lagi saudara Pamriadi kader murni PDIP, yang berhasil menghantarkan istrinya ke DPRD Jabar mengalahkan incumbent,” pungkas Fikri. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.