Yulia: Adik Saya Sering Disiksa dan Diancam Akan Dibunuh Bila Tidak Menyediakan Uang 100 Juta Rupiah

Yulia Rosiana adik korban TPPO asal Mekarsari Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Wildan Rohdiawan (36) mengungkapkan fakta baru soal keterkaitan kepergian adinya. Foto/Istimewa

BANDUNG BARAT, BANDUNGSATU.COM – Yulia Rosiana Adik korban TPPO asal Mekarsari, Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Wildan Rohdiawan (36), mengungkap fakta baru soal keterkaitan kepergian Wildan sebagai TKI ke Korea.

Yulia mengatakan, ada keterlibatan sekolah Wildan LPK KLCI di Cisaat, Kabupaten Sukabumi yang ikut andil memberangkatkan Wildan jadi TKI ke Korea.

“Awalnya kakak sekolah di salah satu LPK di Sukabumi di Cisaat. Setelah lulus kuliah, dia berminat untuk berangkat ke Korea. Namun pihak sekolah pada tahun 2020 mengatakan tidak ada pemberangkatan ke Korea karena terhalang oleh pandemi Covid 19,” kata Yulia, saat dihubungi Selasa (06/02).

Ia mengatakan dengan info tersebut akhirnya Wildan sempat magang di beberapa instansi pemerintah dan juga menjadi guru honorer di Bandung Barat. Baru pada tahun 2021 pihak LPK KLCI menghubungi Wildan kembali.

“Mereka menghubungi Wildan apakah masih berminat bekerja di Korea. Jika berminat, pihak keluarga harus mengadakan uang sebesar Rp 20 juta. Lalu kami siapkan uang itu ke pihak sekolah, LPK KLCI,” jelas Yulia.

Namun setelah pembayaran uang sebesar 20 juta rupiah tahun 2021 itu, tidak pernah ada kabar dan baru ada informasi dari pihak LPK KLCI pada tahun 2022

“Tahun 2022 pihak sekolah mengabari lagi bahwa belum ada pemberangkatan ke Korea, jadi disarankan untuk berangkat dulu ke Thailand, karena di Thailand ini masih salah satu anak perusahaan di Korea,” ungkap Yulia.

Wildan sendiri diakui Yulia sudah mengurus legalitas ke BP2MI dan BPM2TKI, terdaftar di manufaktur perakitan handphone. Dengan Dokumen legalitas tersebut Wildan mengikuti arahan LPK KLCI untuk berangkat ke Thailand pada November 2022, sambil menunggu formasi di Korea.

“Kami keluarga taunya kakak di Thailand, sampai akhirnya komunikasi on off, tidak lancar dan terputus. Sampai kami hubungi dan minta foto pun kakak tidak pernah mau kirim. Baru pada pada Juni 2023 kalau ia mau pulang dan pihak perusahaan minta Rp 150 juta,” jelas Yulia.

Kabar tersebut tentu membuat keluarga bertanya-tanya ada apa dengan Wildan. Hal itu membuat keluarga was-was karena komunikasi kembali terputus.

“sampai akhirnya mungkin kakak sudah tertekan dan kirimkan sharelock dan saat kami cek kakak tidak ada di Thailand melainkan di Myawaddy. Kakak cerita pada saya ia sudah tidak kuat karena sering disiksa dan bahkan diestrum,” jelas Yulia terbata-mata menahan tangis yang tak terbendung.

Yulia menuturkan pihak keluarga sudah melapor ke Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bandung Barat, BP2MI, Polda Jabar, Bareskrim Polri, Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI), Kementerian Luar Negeri, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), sampai akhirnya pada November 2023 Wildan dijula ke Perusahaan ke dua.

“Sejak itu kami sering diteror Perusahaan. Ancaman dari Perusahaan semakin mengerikan. Selain disiksa, kakak saya diancam nyawanya jika kami tidak menyediakan uang sejumlah Rp 100 juta,” papar Yulia.

Yulia mengatakan komunikasi terakhir terjadi pada 25 Januari 2024 lalu. Dengan menggunakan hape Wildan perusahaan mengancam Wildan akan dimasukan ke penjara bawah tanah dan nyawanya sangat terancam. Chat terakhir itu, kata Yulia, sudah diberikan juga pada instansi-instansi yang mereka lapori, sejak 2022 lalu.

Yulia sendiri mengatakan pekerjaan di Perusahaan itu tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Wildan di sana dijadikan scammer denga jam kerja 20 jam sehari dan tidak pernah ada libur.

“Kalau ketahuan ketiduran, pekerja disiksa, dipukul pakai rotan atau dijemur. Itu yang paling ringan. Kadang malah diestrum dan kakak saya sudah alami itu semua,” kata Yulia terisak.

Yulia dan keluarga berharap agar kondisi tersebut segera ditindak lanjuti Pemerintah, karena sudah berjalan selama satu tahun. Meski saat ini mereka tidak tahu kondisi Wildan, namun mereka berdoa agar ikhtiar mereka menyelamatkan pria berusia 36 tahun itu dimudahkan.

“Harapan itu selalu ada,” pungkas Yulia dengan lirih. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.